Kalau penggemar basket terutama NBA ditanya tentang apa yang mereka ingat dari musim NBA tahun 2012-2013, pastinya banyak dari mereka yang mengingat musim ini karena pada musim ini Miami Heat berhasil mempertahankan gelar juara NBA. Siapa yang bisa lupa dengan aksi heroik Ray Allen yang berhasil mencetak three-point penyama kedudukan di game ke-6 final saat itu. San Antonio Spurs yang saat itu sudah unggul 3-2 di seri final, lalu pada menit-menit akhir sudah unggul jauh berhasil terkejar dan puncaknya… DANG! Ray Allen mencetak three-point penyama kedudukan di detik-detik akhir, hingga terjadilah overtime. Dan seperti kita semua tahu, San Antonio Spurs yang sudah jatuh secara mental akhirnya kalah pada game final ke-6 dan ke-7 hingga harus menyerahkan titel juara kepada Miami Heat.
Namun, jika semua penggemar Denver Nuggets termasuk saya ditanya tentang apa yang kami ingat dari musim NBA 2012-2013, jawabannya pasti berbeda dengan banyak orang lainnya. Ya.. yang kami ingat dari NBA musim 2012-2013 adalah prestasi mengkilap dari Denver Nuggets pada musim itu.
Sebagai pengingat, bahwasanya musim 2012-2013 adalah musim pertama dimana secara full season Denver Nuggets tidak diperkuat bintang mereka Carmelo Anthony yang telah hijrah ke New York Knicks setelah menjadi bintang di Nuggets sejak tahun 2003. Komposisi pemain Denver Nuggets saat itu dimotori oleh Ty Lawson, Danilo Gallinari, Kenneth Faried, Corey Brewer dan Andre Iguadala yang saat itu menjadi bagian dari Nuggets dari hasil mega-trade Dwight Howard. Akan tetapi dengan komposisi tersebut, tim ini dirasa oleh para pemerhati basket tetaplah tidak akan bisa berbuat banyak pada musim tersebut.
Akan tetapi ada yang mungkin dilupakan oleh penggemar NBA kebanyakan saat itu, yakni mereka mungkin lupa kalau tim ini dilatih oleh pelatih sekaliber George Karl. George Karl berhasil mematahkan pandangan sebelah mata orang pada Denver Nuggets saat itu, klub yang tidak diperkuat satupun pemain kaliber bintang ini – tidak satupun pemain Denver Nuggets yang terpilih di All-Star pada musim tersebut – justru dia buat seolah-olah menggunakan “ke-tidak-ada-bintang-an” tersebut sebagai senjata mereka.
Permainan cepat secara tim dijadikan kekuatan utama tim ini, pemain seakan-akan selalu berlari di lapangan dan memberikan umpan tangan ke tangan secara cepat pula. Tentunya hal tersebut didukung oleh komposisi pemain yang “pas” dengan system yang dikembangkan George Karl ini, juga kekompakan tim yang amat baik di dalam atau luar lapangan, serta yang masih dapat diperdebatkan, faktor altitude atau ketinggian kota Denver yang konon dapat membuat tim-tim tamu kelelahan saat diajak bermain cepat. Akan tetapi faktor si “konon” tersebut memang beralasan mengingat pada musim 2012-2013 ini saat bermain di kandangnya di Pepsi Centre, Denver Nuggets memiliki rekor 38-3 (38 kali menang dan hanya 3 kali kalah), dan secara keseluruhan pada musim 2012-2013 ini mereka memiliki rekor 57 kali menang dan 25 kali kalah, dimana ini juga rekor kemenangan terbaik mereka dalam satu musim regular sepanjang sejarah klub sejauh ini. Dan bahkan pada perjalanannya mereka sempat membuat 15 kali kemenangan beruntun. Sebuah pencapaian luar biasa dari tim yang tidak dianggap dapat berbuat banyak di awal musim.
Akan tetapi musim ini selain menjadi musim yang diingat karena berbagai kenangan baik di dalamnya, juga menjadi musim yang diingat karena kenangan sedihnya. Nuggets yang bermain amat baik di musim regular dan pada akhirnya menduduki peringkat 3 di wilayah barat, secara mengejutkan harus tersingkir di babak pertama playoff oleh Golden State Warriors yang dimotori oleh Steph Curry dengan kedudukan 4-2. Keadaan yang seperti anti-klimaks ini dianggap oleh beberapa pengamat selain faktor cedera panjang forward andalan Nuggets, Danilo Gallinari dan penampilan apik Steph Curry dan Klay Thompson dari Warriors (Musim ini adalah musim dimana nama Steph Curry dan Klay Thompson mencuat), juga karena faktor siapnya Warriors dalam membaca dan mengantisipasi permainan cepat Nuggets.
Meski demikian, hal tersebut tidak menghalangi NBA untuk memberikan penghargaan pada GM Denver Nuggets saat itu, Masai Ujiri dengan Executive of the Year dan tentunya George Karl dengan Coach of the Year. Memang sebuah prestasi yang sangat luar biasa yang mereka berdua buat untuk Denver Nuggets pada musim 2012-2013 ini tanpa mengecilkan peran serta dari para pemain, semua staf, fans, owner serta semua yang menjadi bagian dan pecinta Denver Nuggets.
Musim 2012-2013 berakhir, dan seperti yang sudah disebutkan di awal, tidak banyak yang mengingat sepak terjang klub ini di tahun tersebut selain pendukungnya. Termasuk di musim berikutnya. Di tahun berikutnya beberapa pemain andalan seperti Iguadala dan Corey Brewer pindah klub, GM Masai Ujiri hijrah ke Toronto Raptors, dan yang paling mengejutkan, George Karl yang walau mendapat gelar Coach of the Year dipecat. Iya… Dipecat.
Dua musim setelah musim fantastik tersebut, prestasi Denver Nuggets terpuruk, dua tahun berturutan gagal masuk playoffs,dan terjadi beberapa masalah dalam tim. Namun sebagai penggemar saya harus yakin kalau Denver Nuggets sedang berjuang kembali untuk menjadi tim papan atas dan kelak membuat orang-orang, bukan hanya penggemar Denver Nuggets namun seluruh penggemar basket dunia mengingat dan mengelu-elukan prestasi dan pencapaian mereka.
#GoNuggets
Penulis : Mikhael Tulus, penggemar Aspac Jakarta, Denver Nuggets dan Orlando Magic